Sesuai dengan pepatah lama Indonesia tak ada rotan, akar pun jadi (seseorang harus jatuh dengan remah). Jadi karena tidak ada pinang (batang pohon pinang), bambu akan melakukannya.
Harga tinggi dan kekurangan pasokan pinang adalah alasan utama mengapa banyak warga Jakarta tidak lagi menggunakannya untuk bermain panjat pinang, permainan tradisional memanjat batang yang dilumasi, yang di atasnya berbagai hadiah yang akan diambil oleh pendaki digantung.

Panjat pinang secara konvensional merupakan kompetisi dalam merayakan Hari Kemerdekaan di Indonesia terlepas dari latar belakang historis dari permainan tersebut. Kontes pendakian diyakini berasal dari era kolonial Belanda, yang diadakan oleh Belanda dalam acara perayaan dengan peserta yang sebagian besar terdiri dari penduduk lokal.
Tahun ini, Indonesia akan memperingati tahun ke-74 kemerdekaannya, yang jatuh pada hari Sabtu.
Meskipun warga Jakarta sekarang menggunakan bambu, mereka masih biasa menyebut nama permainan sebagai panjat pinang yang nyaman.
Di antara penjual bambu untuk panjat pinang adalah Romli, 48, yang telah menjual bambu selama 20 tahun, satu dari sedikit penjual bambu di Jl. Pedongkelan Raya, Jakarta Barat.
Ketika didekati oleh The Jakarta Post pada hari Sabtu, Romli mengatakan bahwa ia telah menerima pesanan bambu untuk digunakan untuk panjat pinang selama 20 tahun ketika ia pertama kali terjun ke bisnis ini.
“Pohon pinang sekarang sulit ditemukan. Bahkan ketika Anda menemukannya, batang harus dikupas sebelum digunakan untuk kompetisi. Itu membuatnya lebih mahal dari bambu, ”kata Romli, menambahkan bahwa batang pohon pinang dapat berharga lebih dari Rp 1 juta (US $ 70), sementara bambu bisa berharga Rp 500.000 hingga Rp 700.000.
Romli mengatakan bahwa selain permintaan bambu yang terus meningkat, ia secara pribadi lebih suka menjualnya daripada pohon pinang karena meminimalkan kerugian
"Jika bambu tidak dijual untuk panjat pinang, itu bisa digunakan untuk membuat tangga atau bahkan untuk bahan bangunan," katanya.
Romli mengatakan bahwa bambu yang dijual sebagai pengganti batang pohon pinang memiliki panjang masing-masing sekitar 8 hingga 10 meter dengan diameter 12 hingga 15 sentimeter.
Bambu, kata Romli, diperoleh dari petani di Kabupaten Rangkasbitung, Banten.
Putra Romli yang berusia 27 tahun, Pahrur Rozi, lebih dikenal sebagai Ozi, mengatakan bahwa untuk mengakomodasi permainan dengan benar, bambu harus lurus dan utuh.
Ozi mengatakan bahwa bambu juga perlu diampelas agar tidak kasar, terutama di simpul, untuk menghindari cedera.
"Kami hampir menyelesaikan pengamplasan 10 bambu untuk panjat pinang," kata Ozi. “Perintah datang dari kelompok Karang Taruna [organisasi pemuda di tingkat masyarakat], komunitas petugas keamanan dan komite resmi dari beberapa RT [unit lingkungan].”
“Diperlukan sekitar dua minggu untuk menyiapkan semua bambu sebelum mengirimnya tiga hari sebelum perayaan paling lambat,” katanya.
Salah satu pelanggan Romli dan Ozi adalah Puspiaji, 30, seorang ketua panitia perayaan Hari Kemerdekaan dari unit lingkungan terdekat.
“Penggunaan bambu sebagai alternatif panjat pinang tidak pernah mengurangi kesenangan kami atau memberi kami kerusakan fisik,” kata pria yang akrab disapa Aji.
Dia mengatakan bahwa bambu sebenarnya cukup kuat untuk dipanjat oleh orang dewasa. Kontes pendakian, katanya, biasanya melihat peserta berusia antara 18 hingga 26 tahun.
“Kami biasanya menempelkan bambu sedalam 1 meter di tanah dan cukup kuat,” kata Aji.
"Hadiahnya juga tidak sepenuhnya digantung," tambahnya. “Jika ringan seperti uang tunai, kaos dan jam tangan, kita bisa menggantungnya. Tapi untuk yang berat seperti dispenser dan penanak nasi, kita hanya bisa menggantungkan paket. ”
Ketika ditanya tentang mengapa orang-orang memegang permainan meskipun kelangkaan bahan aslinya, Aji menjawab bahwa itu semua adalah tentang nilai kebersamaan yang bisa dihasilkan oleh permainan.
“Merayakan Hari Kemerdekaan tanpa panjat pinang tidak akan lengkap. Apa pun itu, itu adalah tradisi, ”katanya.