Pihak berwenang telah melaporkan peningkatan tajam pada titik panas di Kalimantan dan Sumatra dalam beberapa hari terakhir, meningkatkan kekhawatiran tentang kemungkinan terulangnya krisis kabut asap tahun 2015 yang berdampak buruk pada pulau-pulau tersebut, juga Singapura dan Malaysia.

“Jika kita gagal mengatasi kebakaran hutan segera, kita cenderung melihat krisis kabut asap 2015 terjadi lagi,” kata juru bicara Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Agus Wibowo.
Dia mengatakan musim kemarau tahun ini akan sangat panjang dan akan memperburuk dampak kebakaran hutan. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah memperkirakan bahwa musim hujan tidak akan dimulai hingga Oktober.
Jumlah titik api di beberapa daerah di Sumatra dan Kalimantan terus meningkat.
BMKG melaporkan bahwa hot spot muncul, tidak hanya di Indonesia tetapi juga beberapa negara lain di Asia Tenggara termasuk Malaysia, Singapura, Timor Leste dan Papua Nugini.
Pekan lalu, sebelum kunjungannya ke Singapura dan Malaysia, Presiden Joko "Jokowi" Widodo menyatakan bahwa ia malu akan mengunjungi kedua negara ketika masalah kabut asap menjadi berita utama di sana. "Saya kadang-kadang merasa malu. Minggu ini saya berencana untuk mengunjungi Malaysia dan Singapura. Tapi pekan lalu, kabut asap menjadi berita utama," kata Jokowi pekan lalu.
Jumlah titik panas telah meningkat menjadi 2.002 pada 9 Agustus dari 1.586 pada 7 Agustus dan 1.025 pada 3 Agustus. Titik panas tersebut sebagian besar terdeteksi di provinsi Riau, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Tengah di Indonesia.
Di Riau saja, satelit Terra dan Aqua mendeteksi 156 titik panas pada hari Senin, meningkat tajam dari hanya delapan hari sebelumnya. Warga di ibukota Riau, Pekanbaru, bahkan melakukan salat Idul Adha pada hari Minggu di tengah kabut tebal yang menyelimuti mereka.
Agus dari BNPB menambahkan bahwa kabut asap telah mencapai kawasan tetangga Malaysia, Sarawak.
BNPB berharap pemerintah daerah akan berkontribusi lebih banyak untuk menghentikan penyebaran hot spot, yang kemungkinan akan muncul dari praktik tebang-bakar yang dilakukan untuk membuka area perkebunan baru.

Dari Jakarta, katanya, BNPB telah mengerahkan 9.000 personel gabungan dari Militer Indonesia dan Kepolisian Nasional ke enam wilayah, yaitu Riau, Jambi, Sumatra Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan, untuk mencegah praktik tebas bakar.
Badan tersebut juga telah mengerahkan 34 helikopter pembom air untuk membantu memadamkan api dari atas sambil menunggu musim hujan datang.
"Musim kemarau menyebabkan tanaman mudah terbakar," kata wakil kepala meteorologi BMKG Mulyono R. Prabowo.
BMKG melaporkan musim kemarau yang panjang adalah hasil dari "anomali negatif dari suhu permukaan laut negara itu".
Kebakaran telah menciptakan kabut tebal, mempengaruhi visibilitas dan menyebabkan masalah pernapasan di antara penduduk.
Pemerintah Pontianak di Kalimantan Barat bahkan mempertimbangkan rencana untuk sementara waktu memberhentikan kegiatan sekolah jika kabut menjadi lebih tebal dan tidak terkendali, kantor berita Antara melaporkan.
Krisis kabut asap tahun 2015 telah sangat mempengaruhi pendidikan, dengan banyak daerah di negara itu menutup sekolah selama berminggu-minggu. Di antara daerah adalah Riau, Jambi dan Kalimantan. Ribuan sekolah juga dilaporkan ditutup sementara di Malaysia setelah krisis kabut asap.
Pemerintah Riau secara khusus meminta penduduk Muslim di provinsi itu untuk berdoa agar hujan turun. Gubernur Riau Syamsuar percaya bahwa "hanya hujan yang dapat memadamkan penyebaran kebakaran hutan di provinsi ini".
Dia mengklaim bahwa semua langkah telah diambil untuk mengatasi masalah tersebut, termasuk memobilisasi helikopter pembom air untuk membuat hujan buatan, tetapi upaya semacam itu hanya membuat sedikit kemajuan.
Selain menangani kebakaran hutan yang sedang berlangsung, pemerintah daerah melanjutkan untuk menangani dugaan pelaku di balik kebakaran, termasuk perusahaan perkebunan skala kecil hingga besar.
Gubernur Kalimantan Barat Sutarmidji memanggil lusinan perusahaan perkebunan yang beroperasi di provinsi itu ke kantornya pada hari Senin. Dia ingin mendengar penjelasan perusahaan tentang kebakaran yang sedang berlangsung di wilayah konsesi masing-masing.
“Kami ingin masalah ini segera diatasi. Karena itu, kami memanggil orang-orang berpengaruh di perusahaan untuk membuat kebijakan yang diperlukan mengenai masalah ini, ”kata Sutarmidji, seperti dikutip oleh Antara.
Sebuah perusahaan di Kalimantan Timur, PT Borneo Indah Marjaya, telah bekerja dengan warga untuk mencegah dan memadamkan kebakaran hutan di Kabupaten Tanjung Harapan di Kabupaten Paser.
“Kami bekerja bahu membahu dengan penduduk desa dari desa Laburan, Lori, Sungai Langir, Perpat dan Sungai Batu untuk mengatasi kebakaran,” kata ketua tim, Ibnu. Borneo Indah Marjaya adalah anak perusahaan dari perusahaan perkebunan terbuka PT Astra Agro Lestari.